PENGALAMAN PRIBADI
Selanjutnya saya akan bercerita
pengalaman saya tentang warga negara dan negara. Kalau ada
orang tanya, “Apa sih enaknya tinggal di luar negeri?”, jawabnya serba relatif.
Tergantung pada individu masing-masing. Tergantung dari mana sudut pandangnya.
Tidak semuanya enak. Ada enak dan tidaknya. Luar negeri bukan segalanya dan
pula serba baik. Ada sisi-sisi positif dan negatifnya. Tapi banyak orang mengira bahwa
tinggal di luar negeri itu lebih enak daripada tinggal di tanah air. Banyak
pula orang berpikiran bahwa orang yang tinggal di luar negeri itu kaya-kaya.
Atau orang yang tinggal di luar negeri itu pasti pinter dan modern.
Sebenarnya tidak selalu demikian. Bagi orang yang pertama kali pergi
ke luar negeri, jika sebagai turis tentu lebih banyak gambaran yang baik-baik
di dapat. Banyak hal beda ditemui dan kelihatannya selalu lebih baik dari yang
ada di tanah air. Barangkali gambaran selintas itu ada benarnya. Gambaran
di permukaan memang serba gemerlap, canggih, teratur, bersih dan sebagainya.
Bagi orang yang telah lama menetap di luar negeri, kemudian
mengenal lebih dalam keadaan di luar negeri mungkin ada sedikit perbedaan
pandangan. Tapi ini pun relatif. Banyak orang yang kerasan untuk tinggal
selamanya di luar negeri. Tapi banyak pula yang tidak kerasan dan kembali
pulang ke tanah air setelah beberapa tahun tinggal di luar negeri. Beberapa hal
penting yang membuat orang betah di luar negeri terutama adalah karena rasa
aman, kehidupan yang lebih demokratis, jaminan kesehatan dan pendidikan yang
memadai, jaminan sosial yang tersedia dan lain-lain. Itu hanya yang pokok dan
paling dominan. Ada banyak faktor lain yang mendorong orang untuk enggan
kembali pulang ke tanah air.
Dalam hal enggannya manusia Indonesia untuk kembali ke tanah
air ini tidak ada kaitannya dengan unsur nasionalisme seseorang. Unsur
nasionalisme tidak bisa diukur begitu saja lewat penilaian-penilaian sempit dan
terbatas hanya pada lapis luar yang nampak. Perlu dipelajari lebih dalam
definisi nasionalisme sebelum menggunakannya sebagai tolok ukur untuk menilai
rasa cinta tanah air orang lain. Kecendrungan orang untuk menggunakan unsur
nasionalisme sebagai penggada besar sebagai alat menilai tindakan seseorang
adalah warisan pemerintahan orde baru untuk mengkambing-hitamkan sekelompok
orang yang menentang kekuasaan atau kebijaksanaannya. Nasionalisme yang
diterjemahkan dalam artian sempit dan sepihak.
Perlu diketahui bahwa orang yang tinggal di luar negeri
untuk masa tahunan bukan berarti telah melepas kewarga-negaraan Indonesianya.
Di Australia, pemegang status visa penduduk tetap (permanent resident visa)
bisa tinggal di Australia selamanya dan punya hak hampir sama dengan warga
negara asli Australia. Beda paling kentara adalah tidak punya hak pilih dalam
pemilu. Pemegang visa permanent resident tidak akan kehilangan visanya selama
memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh departemen imigrasi Australia.
Indonesia tidak menganut dwi-warganegara sebagaimana banyak
dianut negara lain – yang sebenarnya punya banyak segi positifnya jika menganut
dwi-warganegara. Seseorang dipaksa untuk memilih warga-negaranya. Kasus dalam
sejarah pernah terjadi pada warga Tionghoa di Indonesia pada tahun
1967an. Mereka dipaksa untuk memilih sebagai warga Indonesia atau warga
negara lain sehingga terjadi eksodus baik sukarela atau terpaksa pergi ke luar
negeri. Dan faktor terbatasnya pilihan ini tetap berlaku hingga
sekarang. Banyak penduduk Indonesia setelah lulus kuliah di luar negeri
lalu enggan untuk pulang ke tanah air. Sebenarnya hal seperti ini bisa diatasai
jika Indonesia bisa memperbaiki kualitas pendidikannya. Terutama pada plosok
Indonesia yang sering kali tertinggal hal-hal baru seperti teknologi.
Dari kutipan cerita diatas semoga kita yang membaca bisa
mengambil kesimpulan bahwa menjaga rasa nasionalisme amatlah penting, karena
hal tersebut lah yang akan membentengi kita dari fasilitas luar negri yang
sering kali membuat kita tergoda untuk menetap disana. Mari mulai lah kita
membangun rasa nasionalisme kita. Sekian dan Terimakasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar