Sabtu, 05 Oktober 2013

Kesenian Tari Kuda Lumping








1ID08-Tugas Kedua-Ilmu Budaya Dasar

Salah satu budaya  Indonesia yang saya pilih adalah kesenian tari kuda lumping atau jathilan. Menurut analisis pengamatan saya, kesenian tradisional kuda lumping ini merupakan salah satu bentuk kesenian rakyat  yang ada di daerah jawa khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kesenian ini menyatukan antara unsur gerakan dan tari yang magis. Jenis tari ini dimainkan dengan properti yang paling utama berupa kuda-kudaan atau kuda tiruan yang terbuat dari anyaman bambu atau kepang. Kemudian ada aksesoris pendukung yang digunakan antara lain seperti gelang tangan, ikat lengan, kalung, keris, dan lain-lain. Tidak lupa juga para penari harus di tata rias sebelum tampil. Pagelaran kesenian ini dimulai dengan tari-tarian oleh para penari  yang gerakannya berbarengan dan pelan mengikuti suara gamelan yang dimainkan. Alat musik untuk jathilan tersebut hanya sebuah gendang, gong, drum, kenong. Untuk menggelar kesenian ini juga dibutuhkan satu atau dua pawang roh, yang berfungsi untuk memanggil dan menggendalikan roh-roh halus yang merasuki para penari. Kita tahu bahwa kesenian ini memang mistik dimana bagian dari kesenian ini ada yang namanya kerasukan atau kesurupan. Jadi pada saat ini, kesenian kuda lumping menjadi salah satu tontonan masyarakat yang masih digemari dan kesenian ini tidak mengubah budaya-budaya yang sudah ada salah satunya konon menggambarkan sebagai prajurit berkuda di kerajaan dahulu.
                Kemudian asal-usul dari kesenian kuda lumping ini banyak yang bilang bahwa bentuk dukungan rakyat jelata terhadap pasukan berkuda Pangeran Diponegoro dalam menghapdapi penjajah Belanda, ada juga yang menyebutkan bahwa kesenian kuda lumping ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan kerajaan Mataram yang dipimpin oleh sultan Hamengku Buwono I, Raja Mataram untuk menghadapi pasukan penjajah. Jadi menurut saya adalah sebuah peristiwa perlawanan terhadap para penjajah dengan menggunakan kuda dan pedang pada saat jaman dahulu. Yang pada jaman sekarang mungkin dikenang dengan tari kuda lumping itu sendiri.
                Dan keunikan-keunikan yang ada di tari kuda lumping adalah bentuk kuda tiruan yang sering disebut dengan kepang terbuat dari bambu anyaman kemudian dihias atau dicat berupa mata, rambut, ekor menjadikan bahwa benda itu seperti halnya kuda sungguhan. Selain itu, hal unik lainnya adalah sebuah adegan dimana para penari tersebut kerasukan roh halus, seperti yang saya katakan tadi bahwa kesenian ini harus ada pawang yang mengendalikan acara dari awal hingga akhir berjalan dengan lancar. Pawang itu berdoa secara khusus kepada Tuhan dan melakukan ritual-ritual khusus sebelum tari kuda lumping dimulai. Setelah itu memanggil roh-roh halus dari nenek moyang.  Dan keunikan lainnya jika ingin menggelar pagelaran tersebut harus mempersiapkan sesajen berupa bunga , kemenyan, ayam muda, tumpeng dan lain-lain. Awalnya para penari menarikan gerakan yang sama dengan indah sesuai dengan alunan musik gamelan yang dimainkan, lama kelamaan penari itu terasa pusing hingga ‘ndadi’ atau kesurupan (kehilangan kesaradaran). Kesurupan disini tetap menari tetapi dikendalikan oleh roh halus yang dapat melakukan hal-hal diluar kemampuan manusia seperti makan kembang, beling, serabut kelapa. Kemudian penonton disekitar bisa saja ikut kesurupan jika terkena sentuhan dari penari tersebut atau kehilangan daya pikir. Jika kiranya ingin selesai, roh-roh halus tersebut harus dikeluarkan dari tubuh penari. Sang pawang yang akan menyembuhkan dengan ‘mantra-mantra khusus’ sehingga penari tersebut dapat sadarkan diri. Biasanya setelah itu penari akan terlihat lemas dan kadang sampai muntah-muntah. Itulah beberapa keunikan yang ada dalam kesenian kuda lumping atau jathilan.
                Nilai sejarah lokal yang melatarbelakangi lahirnya kuda lumping adalah sebuah sikap semangat dan heroisme dan pantang menyerah yang dilakukan para prajurit kepada para penjajah, serta kepercayaan kekuatan supranatural yang ditampilkan dalam kesenian kuda lumping.
                Kesenian kuda lumping ini masih dilestarikan hingga saat ini di daerah jawa, seperti dilihat dari masih banyaknya pagelaran-pagelaran kuda lumping pada saat acara hajatan, sunatan, pentas seni, dan lain-lain. Begitu pula dengan para penarinya yang mayoritas anak-anak muda yang sudah pasti merekalah generasi penerus kesenian tersebut agar tidak mati atau tergerus oleh budaya asing. Karena budaya asli Indonesia akan lebih baik lagi jika dapat dikenalkan ke budaya asing, sehingga budaya kita dapat dikenal oleh warga negara Indonesia maupun warga negara asing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar