1ID08-Tugas Kedua-Ilmu Budaya Dasar
Salah satu budaya Indonesia yang saya pilih adalah kesenian tari kuda lumping atau jathilan.
Menurut analisis pengamatan saya, kesenian tradisional kuda lumping ini
merupakan salah satu bentuk kesenian rakyat
yang ada di daerah jawa khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa
Tengah dan Jawa Timur. Kesenian ini menyatukan antara unsur gerakan dan tari
yang magis. Jenis tari ini dimainkan dengan properti yang paling utama berupa
kuda-kudaan atau kuda tiruan yang terbuat dari anyaman bambu atau kepang.
Kemudian ada aksesoris pendukung yang digunakan antara lain seperti gelang tangan,
ikat lengan, kalung, keris, dan lain-lain. Tidak lupa juga para penari harus di
tata rias sebelum tampil. Pagelaran kesenian ini dimulai dengan tari-tarian
oleh para penari yang gerakannya
berbarengan dan pelan mengikuti suara gamelan yang dimainkan. Alat musik untuk
jathilan tersebut hanya sebuah gendang, gong, drum, kenong. Untuk menggelar
kesenian ini juga dibutuhkan satu atau dua pawang roh, yang berfungsi untuk
memanggil dan menggendalikan roh-roh halus yang merasuki para penari. Kita tahu
bahwa kesenian ini memang mistik dimana bagian dari kesenian ini ada yang
namanya kerasukan atau kesurupan. Jadi pada saat ini, kesenian kuda lumping
menjadi salah satu tontonan masyarakat yang masih digemari dan kesenian ini
tidak mengubah budaya-budaya yang sudah ada salah satunya konon menggambarkan
sebagai prajurit berkuda di kerajaan dahulu.
Kemudian
asal-usul dari kesenian kuda lumping ini banyak yang bilang bahwa bentuk
dukungan rakyat jelata terhadap pasukan berkuda Pangeran Diponegoro dalam
menghapdapi penjajah Belanda, ada juga yang menyebutkan bahwa kesenian kuda
lumping ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan kerajaan Mataram yang dipimpin
oleh sultan Hamengku Buwono I, Raja Mataram untuk menghadapi pasukan penjajah. Jadi
menurut saya adalah sebuah peristiwa perlawanan terhadap para penjajah dengan
menggunakan kuda dan pedang pada saat jaman dahulu. Yang pada jaman sekarang
mungkin dikenang dengan tari kuda lumping itu sendiri.
Dan
keunikan-keunikan yang ada di tari kuda lumping adalah bentuk kuda tiruan yang
sering disebut dengan kepang terbuat dari bambu anyaman kemudian dihias atau
dicat berupa mata, rambut, ekor menjadikan bahwa benda itu seperti halnya kuda
sungguhan. Selain itu, hal unik lainnya adalah sebuah adegan dimana para penari
tersebut kerasukan roh halus, seperti yang saya katakan tadi bahwa kesenian ini
harus ada pawang yang mengendalikan acara dari awal hingga akhir berjalan
dengan lancar. Pawang itu berdoa secara khusus kepada Tuhan dan melakukan
ritual-ritual khusus sebelum tari kuda lumping dimulai. Setelah itu memanggil
roh-roh halus dari nenek moyang. Dan
keunikan lainnya jika ingin menggelar pagelaran tersebut harus mempersiapkan sesajen
berupa bunga , kemenyan, ayam muda, tumpeng dan lain-lain. Awalnya para penari
menarikan gerakan yang sama dengan indah sesuai dengan alunan musik gamelan
yang dimainkan, lama kelamaan penari itu terasa pusing hingga ‘ndadi’ atau kesurupan
(kehilangan kesaradaran). Kesurupan disini tetap menari tetapi dikendalikan
oleh roh halus yang dapat melakukan hal-hal diluar kemampuan manusia seperti
makan kembang, beling, serabut kelapa. Kemudian penonton disekitar bisa saja
ikut kesurupan jika terkena sentuhan dari penari tersebut atau kehilangan daya
pikir. Jika kiranya ingin selesai, roh-roh halus tersebut harus dikeluarkan
dari tubuh penari. Sang pawang yang akan menyembuhkan dengan ‘mantra-mantra
khusus’ sehingga penari tersebut dapat sadarkan diri. Biasanya setelah itu
penari akan terlihat lemas dan kadang sampai muntah-muntah. Itulah beberapa
keunikan yang ada dalam kesenian kuda lumping atau jathilan.
Nilai sejarah
lokal yang melatarbelakangi lahirnya kuda lumping adalah sebuah sikap semangat
dan heroisme dan pantang menyerah yang dilakukan para prajurit kepada para
penjajah, serta kepercayaan kekuatan supranatural yang ditampilkan dalam
kesenian kuda lumping.
Kesenian
kuda lumping ini masih dilestarikan hingga saat ini di daerah jawa, seperti
dilihat dari masih banyaknya pagelaran-pagelaran kuda lumping pada saat acara
hajatan, sunatan, pentas seni, dan lain-lain. Begitu pula dengan para penarinya
yang mayoritas anak-anak muda yang sudah pasti merekalah generasi penerus
kesenian tersebut agar tidak mati atau tergerus oleh budaya asing. Karena
budaya asli Indonesia akan lebih baik lagi jika dapat dikenalkan ke budaya
asing, sehingga budaya kita dapat dikenal oleh warga negara Indonesia maupun
warga negara asing.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar